Luki Amima
Rabu, 11 April 2012
Selasa, 03 April 2012
Kacamata Kesederhanaan
Kekayaan (yang hakiki) bukanlah
dengan banyaknya harta. Namun kekayaan adalah hati yang selalu merasa
cukup. (HR. Bukhari Muslim)
Kacamata ini tidak bisa dibeli dan memang
tidak dijual. Namun dengan kacamata ini pandangan anda mengenai dunia
akan semakin indah dan terbuka. Tidak perlu mengeluarkan uang bila ingin
memilikinya yang anda perlukan hanya keinginan kuat untuk belajar
sebuah ilmu untuk kemudian ‘siap’ untuk berubah.
Kesederhanaan dalam definisi materi tentu
saja tidak boros. Adil, membelanjakan rizki secara proporsional bahkan
menekan seefisien mungkin. Punya banyak daya beli namun tidak membeli
banyak sesuatu yang tak perlu. Kesederhanaan yang ini benar-benar
mengikuti aturan Islam seperti sesuai dengan Firman Allah dalam Surat
Al-Isra ayat 26-27:
“Dan berikanlah kepada
keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang
yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu)
secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara
syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” [QS.Al
Isra (17):26-27]
Namun percayalah kacamata kesederhanaan
membawa kita lebih dari itu. Kacamata kesederhanaan senantiasa membawa
sifat syukur. Memandang terlebih dahulu apa yang sudah terasakan baru
bisa melihat kelebihan.
Bukankah kita sudah bosan menjadi orang
yang bosan dengan handphone yang dirasa kuno? Atau lelah dengan motor
yang selalu mogok? Atau pasrah dengan otak yang tak sepintar teman
sebelah?
Tak ada cara lain selain menjawab semua pertanyaan tersebut selain memandang hidup penuh kesederhanaan.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW
bersabda, “Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta
dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu
(dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak
meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Itulah yang akan membuat seseorang tidak
memandang remeh nikmat Allah karena dia selalu memandang orang di
bawahnya dalam masalah harta dan dunia. Ketika dia melihat tetangganya
memiliki rumah mewah dalam hatinya mungkin terbetik, “Rumahku masih
kalah dari rumah tetanggaku itu.”
Namun ketika dia memandang pada orang
lain di bawahnya, dia berkata, “Ternyata rumah si fulan dibanding dengan
rumahku, masih lebih bagus rumahku.” Dengan dia memandang orang di
bawahnya, dia tidak akan menganggap remeh nikmat yang Allah berikan.
Bahkan dia akan mensyukuri nikmat tersebut karena dia melihat masih
banyak orang yang tertinggal jauh darinya.
Berbeda dengan orang yang satu ini.
Ketika dia melihat saudaranya memiliki Blackberry, dia merasa ponselnya
masih sangat tertinggal jauh dari temannya tersebut.
Akhirnya yang ada pada dirinya adalah
kurang mensyukuri nikmat, menganggap bahwa nikmat tersebut masih
sedikit, bahkan selalu ada hasad (dengki) yang berakibat dia akan
memusuhi dan membenci temannya tadi. Padahal masih banyak orang di bawah
dirinya yang memiliki ponsel dengan kualitas yang jauh lebih rendah.
Inilah cara pandang yang keliru. Namun inilah yang banyak menimpa kebanyakan orang saat ini.
Bersyukur dulu bahwa handphone yang sama
telah membawa kita pada banyak silaturahmi yang terputus jarak dan
waktu. Lalu berpikir seandainya memaksakan diri membeli yang lebih
canggih mampukah/butuhkah? kita menggunakannya sesuai manfaatnya?
Sungguh tak bisa dipercaya mendengar bahwa orang yang selalu menciptakan
handphone tercanggih adalah orang yang menggunakan handphone kuno dan
hanya berfungsi untuk menelpon dan SMS saja.
Motor mogok bukan juga alasan untuk lelah
bila kita berpikir bahwa sebelumnya kita pasti pernah menggunakan
transportasi umum yang setiap pagi berkejaran dengan waktu serta asap
knalpot. Bahkan seandainya mau duduk sebentar dengan kakek nenek kita
pastilah kita malu bahwa mereka pernah melintasi gunung hanya demi
sekolah atau mencari pekerjaan.
Lebih disesali bila memang kita pasrah
pada kondisi kita tak mau belajar. Kepintaran itu bukan karunia
melainkan usaha. Software yang ada di otak untuk menyerap informasi sama
seperti otak semua orang, bedanya orang pintar memaksimalkan semua
indra-nya untuk mencari ilmu baru.
Sederhanakan cara berfikir kita bahwa tak
selalu orang yang lebih pintar adalah orang yang berani nyogok dosen
atau les di tempat-tepat mahal. Siapa tahu mereka menyedikitkan waktu
tidurnya untuk belajar. Dengan memandang demikian bukan tidak mungkin
kita ikut termotivasi untuk menirunya. Berkat ke-positifan kita berpikir
dunia akan lebih indah.
Semakin kita pandai memandang betapa
dunia ini memberi kita lebih dari yang kita harapkan maka dapat
dikatakan anda sudah pandai mengatur diri penuh kesederhanaan. Hanya
persoalan waktu kita akan semakin menyadari bahwa kesederhanaan membawa
segala kemewahan.
Dan (ingatlah juga), tatkala
Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” [QS.Ibrahim (14):7]
Mudah-mudahan bermanfaat untuk semua. Amin.
Antara Ayah, Anak dan Burung Gagak
Pada suatu petang seorang tua bersama
anak mudanya yang baru menamatkan pendidikan tinggi duduk
berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di sekitar
mereka.
Tetapi sejurus kemudian si ayah bertanya lagi pertanyaan yang sama.
Si anak merasa agak keliru dan sedikit bingung dengan pertanyaan yang sama diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat,
“BURUNG GAGAK!!” Si ayah terdiam seketika.
Si anak setuju dan membaca paragraf yang berikut.
“Hari ini aku di halaman melayani anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon berhampiran. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan bertanya,
“Ayah, apa itu?”
Dan aku menjawab,
“Burung gagak.”
Jagalah hati dan perasaan kedua orang tuamu, hormatilah mereka.
Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangimu di waktu kecil.
Kita sudah banyak mempelajari tuntunan Islam apalagi berkenaan dengan berbakti kepada kedua orangtua.Tapi berapa banyak yang sudah dimengerti oleh kita apalagi diamalkan???
Ingat! ingat! Banyak ilmu bukanlah kunci masuk syurganya Allah.
Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pokok berhampiran. Si ayah lalu menuding jari ke arah gagak sambil bertanya,
“Nak, apakah benda itu?”
“Burung gagak”, jawab si anak.
Si ayah mengangguk-angguk, namun sejurus
kemudian sekali lagi mengulangi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka
ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi, lalu menjawab dengan sedikit
kuat,
“Itu burung gagak, Ayah!”Tetapi sejurus kemudian si ayah bertanya lagi pertanyaan yang sama.
Si anak merasa agak keliru dan sedikit bingung dengan pertanyaan yang sama diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat,
“BURUNG GAGAK!!” Si ayah terdiam seketika.
Namun tidak lama kemudian sekali lagi
sang ayah mengajukan pertanyaan yang serupa hingga membuat si anak
hilang kesabaran dan menjawab dengan nada yang kesal kepada si ayah,
“Itu gagak, Ayah.” Tetapi agak
mengejutkan si anak, karena si ayah sekali lagi membuka mulut hanya
untuk bertanya hal yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar hilang
sabar dan menjadi marah.
“Ayah!!! Saya tak tahu Ayah paham atau
tidak. Tapi sudah 5 kali Ayah bertanya soal hal tersebut dan saya sudah
juga memberikan jawabannya. Apa lagi yang Ayah mau saya katakan????
Itu burung gagak, burung gagak, Ayah…..”, kata si anak dengan nada yang begitu marah.
Si ayah lalu bangun menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang kebingungan.
Sesaat kemudian si ayah keluar lagi dengan sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih geram dan bertanya-tanya. Diperlihatkannya sebuah diary lama.
“Coba kau baca apa yang pernah Ayah tulis di dalam diary ini,” pinta si Ayah.Sesaat kemudian si ayah keluar lagi dengan sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih geram dan bertanya-tanya. Diperlihatkannya sebuah diary lama.
Si anak setuju dan membaca paragraf yang berikut.
“Hari ini aku di halaman melayani anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon berhampiran. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan bertanya,
“Ayah, apa itu?”
Dan aku menjawab,
“Burung gagak.”
Walau bagaimana pun, anakku terus
bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban
yang sama. Sehingga 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi rasa
cinta dan sayangku, aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin
tahunya.
Aku berharap hal ini menjadi suatu
pendidikan yang berharga untuk anakku kelak.” Setelah selesai membaca
paragraf tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si Ayah yang
kelihatan sayu. Si Ayah dengan perlahan bersuara,
” Hari ini Ayah baru bertanya kepadamu soal yang sama sebanyak 5 kali, dan kau telah hilang kesabaran serta marah.”
Lalu si anak seketika itu juga menangis dan bersimpuh di kedua kaki ayahnya memohon ampun atas apa yg telah ia perbuat.
PESAN:Jagalah hati dan perasaan kedua orang tuamu, hormatilah mereka.
Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangimu di waktu kecil.
Kita sudah banyak mempelajari tuntunan Islam apalagi berkenaan dengan berbakti kepada kedua orangtua.Tapi berapa banyak yang sudah dimengerti oleh kita apalagi diamalkan???
Ingat! ingat! Banyak ilmu bukanlah kunci masuk syurganya Allah.
Rahasia Dibalik Ciuman
Kecupan sayang ternyata memberi dampak yang luar biasa dalam prestasi dan menahan emosi dsb..
Dikisahkan, bahwa Abu Hurairah berjalan keluar bersama Rasulullah SAW. Selama di perjalanan, Rasululullah SAW tidak berbicara dengan Abu Hurairah, begitu pun sebaliknya, Abu Hurairah pun tidak berbicara dengan Rasulullah SAW. Ketika sampai di pasar Bani Qainuqa, Rasulullah duduk di perkarangan rumah Fatimah, lalu berkata: Apakah terdapat anak-anak di sana? Tidak lama kemudian, datanglah seorang anak kecil menghampiri Rasulullah, lalu Rasulpun memeluk dan menciumnya sambil berdoa: “Ya Allah …! sayangilah dia dan sayangi pula orang yang menyayanginya”. (H.R. Bukhari)
Alangkah indahnya jika sebuah rumah dihiasi oleh cinta dan kasih sayang. Cinta yang tumbuh dari seorang anak kepada orang tuanya, dan sebaliknya, kasih sayang yang lahir dari orang tua kepada anaknya.
Betapa mencekamnya, jika sebuah rumah tidak dihiasi oleh cinta dan kasih sayang. Dia bagaikan neraka dunia. Tak ada percik cinta dan kasih sayang didalamnya, yang menjadikan hidupnya menjadi gersang bagaikan padang pasir yang tandus.
Oleh karena itu, berbahagialah mereka yang telah mendapatkan cinta dan kasih sayang di rumah. Karena rumah merupakan tempat untuk menemukan arti cinta yang sesungguhnya.
Cinta seringkali diekpresikan lewat ciuman. Seorang suami, sering mencium istrinya disaat dirinya akan berangkat ke kantor. Seorang ibu yang mencintai anaknya, dia seringkali mencium anaknya ketika akan tidur atau ketika akan berangkat ke sekolah.
Rasulullah saw adalah sosok yang paling sering memberikan ciuman dan belaian kepada anak-anak. Pada suatu hari, datang seorang kepala suku mengunjungi nabi dan melihat beliau sedang mencium cucunya. Dia (kepala suku) mengatakan kepada Nabi SAW, “saya mempunyai sepuluh orang anak, seorang di antara mereka tidak pernah saya cium.” Kemudian Rasulullah saw menjawab, “Kalau Allah tidak memberikanmu perasaan kasih sayang, apa yang dapat diperbuat-Nya untuk kamu?, Barangsiapa yang tidak mempunyai kasih sayang pada orang lain, dia tidak akan mendapatkan kasih sayang dari Allah SWT”. (H.R. Bukhari)
Dari peristiwa di atas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya wujud kasih sayang seorang ayah kepada anaknya tidak hanya dalam bentuk pemenuhuan kebutuhan materi saja, tetapi juga diperlukan sentuhan-sentuhan halus dari tangan seorang bapak.
Bahkan, sentuhan kasih sayang dan ciuman kepada seorang anak tidak hanya menunjukkan kecintaan seorang ayah kepada anaknya, tetapi juga bisa mengantarkan seorang ayah menjadi ahli surga. Suatu ketika Nabi Muhammad SAW. bersabda: “Perbanyaklah kamu mencium anak cucumu, karena imbalan dari setiap ciuman adalah surga”. (H.R. Bukhari)
Pemberian kasih sayang amatlah penting bagi perkembangan anak. Rasa kasih sayang yang dicurahkan oleh orang-orang di sekeliling anak merupakan dasar pembentukan watak si anak kelak. Ungkapan kasih sayang bukanlah hal yang boleh diremehkan. Namun bukan hal yang mustahil bila orang tua tidak terbiasa mengungkapkan rasa kasih sayangnya.
Hadis-hadis di atas dengan jelas mengajarkan kepada kita bahwa ciuman memiliki peranan penting dalam membangkitkan perasaan dan emosi anak, bahkan selain itu mampu meredakan perasaan amarahnya, dan menambah eratnya hubungan dan cinta dengan orang tuanya. Bagi anak, hal ini adalah suatu bukti rasa kasih sayang kedua orang tuanya. Seorang ibu atau bapak yang mencium anaknya membuktikan adanya perhatian terhadap anaknya.
Ciuman bukan hanya dianjurkan bagi orang tua kepada anak-anaknya, namun dianjurkan pula bagi pasangan suami – istri. Ketika suami akan berangkat kerja, maka dia harus mencium istrinya terlebih dahulu, begitu pun sebaliknya, ketika istrinya mau keluar rumah, maka suami pun harus mencium istrinya terlebih dahulu.
Karena Rasulullah selalu mencium istrinya setiapkali mau pergi ke masjid. Hal ini pernah disampaikan oleh Siti Aisyah melalui haditsnya, “Bahwa Nabi saw biasa mencium istrinya setelah wudhu, kemudian beliau shalat (di masjid).” (H.R. Abdur-Razaq) .
Hadits tersebut merupakan isyarat bagi kita, betapa pentingnya seorang suami maupun istri untuk selalu mencium pasangannya, sekalipun keluar rumahnya hanya beberapa saat. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga cinta dan kasih diantara mereka berdua.
Banyak penelitian yang mengungkap tentang keajaiban ciuman. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh salah satu Lembaga Asuransi Kehidupan di Amerika tentang pengaruh ciuman terhadap kehidupan manusia, dan hasilnya adalah: ”Sesungguhnya ciuman di pagi hari antara suami – istri memegang peranan penting yang lebih menyembuhkan daripada buah apel.
Suami yang mencium istrinya di pagi hari sebelum menuju tempat kerjanya, akan merasa tenang saat bekerja. Ciuman lebih menenangkan atau menahan urat saraf, dan lebih mampu menghadapi kebimbangan. Di samping memberikan ketenangan pikiran dan kelapangan serta ketentraman, juga memberikan kepuasan dan kebahagiaan serta kerelaan.”
Selain itu, penelitin tentang ciuman juga dilakukan oleh Dr. Coolman kepada ribuan orang, dan hasilnya cukup menguatkan, bahwa ciuman di pagi hari melahirkan keistimewaan tertentu dan susunan kimiawi, seperti memberikan perasaan senang dan lapang yang berbeda dengan perasaan internalnya.”
Bahkan Bernie Siegel, baru-baru ini melakukan penelitian tentang ‘khasiat’ ciuman seorang istri bagi suaminya maupun seorang ibu bagi anak-anaknya. Sampel diambil dari kalangan peserta (suami) yang naik mobil pribadi untuk ke kantor dan dibagi dalam dua kelompok.
Kelompok pertama adalah para suami yang berangkat ke kantor dengan terlebih dahulu dicium oleh sang istri, dan kelompok kedua adalah mereka yang pergi ke kantor tanpa dicium oleh sang istri. Setelah beberapa waktu ditemukan bukti yang menakjubkan.
Suami yang pergi ke kantor dengan ciuman sang istri lebih memiliki kemungkinan kecil untuk mengalami kecelakaan di perjalanan daripada mereka yang berangkat kerja tanpa merasakan kecupan mesra dari sang istri.
Ternyata kualitas dan antusias bekerja pun mengalami perbedaan yng cukup signifikan. Kecupan tulus sang istri ketika memberangkatkan suami bekerja ternyata telah meminimalisir kemungkinan hadirnya WIL (Wanita Idaman Lain).
Di pihak lain, seorang anak yang diberangkatkan sekolah oleh sang ibu dengan kecupan sayang ternyata memberi dampak yang luar biasa dalam prestasi sekolahnya, bahkan kecupan tersebut mampu meredam kemarahan untuk tidak berkelahi di sekolah daripada mereka yang diberangkatkan oleh baby sitter (pembantu).
Percaya atau tidak, hal ini merupakan hasil suatu penelitian yang spektakuler mengenai ciuman sang ibu.
Wallaahu a’lam..
Dikisahkan, bahwa Abu Hurairah berjalan keluar bersama Rasulullah SAW. Selama di perjalanan, Rasululullah SAW tidak berbicara dengan Abu Hurairah, begitu pun sebaliknya, Abu Hurairah pun tidak berbicara dengan Rasulullah SAW. Ketika sampai di pasar Bani Qainuqa, Rasulullah duduk di perkarangan rumah Fatimah, lalu berkata: Apakah terdapat anak-anak di sana? Tidak lama kemudian, datanglah seorang anak kecil menghampiri Rasulullah, lalu Rasulpun memeluk dan menciumnya sambil berdoa: “Ya Allah …! sayangilah dia dan sayangi pula orang yang menyayanginya”. (H.R. Bukhari)
Alangkah indahnya jika sebuah rumah dihiasi oleh cinta dan kasih sayang. Cinta yang tumbuh dari seorang anak kepada orang tuanya, dan sebaliknya, kasih sayang yang lahir dari orang tua kepada anaknya.
Betapa mencekamnya, jika sebuah rumah tidak dihiasi oleh cinta dan kasih sayang. Dia bagaikan neraka dunia. Tak ada percik cinta dan kasih sayang didalamnya, yang menjadikan hidupnya menjadi gersang bagaikan padang pasir yang tandus.
Oleh karena itu, berbahagialah mereka yang telah mendapatkan cinta dan kasih sayang di rumah. Karena rumah merupakan tempat untuk menemukan arti cinta yang sesungguhnya.
Cinta seringkali diekpresikan lewat ciuman. Seorang suami, sering mencium istrinya disaat dirinya akan berangkat ke kantor. Seorang ibu yang mencintai anaknya, dia seringkali mencium anaknya ketika akan tidur atau ketika akan berangkat ke sekolah.
Rasulullah saw adalah sosok yang paling sering memberikan ciuman dan belaian kepada anak-anak. Pada suatu hari, datang seorang kepala suku mengunjungi nabi dan melihat beliau sedang mencium cucunya. Dia (kepala suku) mengatakan kepada Nabi SAW, “saya mempunyai sepuluh orang anak, seorang di antara mereka tidak pernah saya cium.” Kemudian Rasulullah saw menjawab, “Kalau Allah tidak memberikanmu perasaan kasih sayang, apa yang dapat diperbuat-Nya untuk kamu?, Barangsiapa yang tidak mempunyai kasih sayang pada orang lain, dia tidak akan mendapatkan kasih sayang dari Allah SWT”. (H.R. Bukhari)
Dari peristiwa di atas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya wujud kasih sayang seorang ayah kepada anaknya tidak hanya dalam bentuk pemenuhuan kebutuhan materi saja, tetapi juga diperlukan sentuhan-sentuhan halus dari tangan seorang bapak.
Bahkan, sentuhan kasih sayang dan ciuman kepada seorang anak tidak hanya menunjukkan kecintaan seorang ayah kepada anaknya, tetapi juga bisa mengantarkan seorang ayah menjadi ahli surga. Suatu ketika Nabi Muhammad SAW. bersabda: “Perbanyaklah kamu mencium anak cucumu, karena imbalan dari setiap ciuman adalah surga”. (H.R. Bukhari)
Pemberian kasih sayang amatlah penting bagi perkembangan anak. Rasa kasih sayang yang dicurahkan oleh orang-orang di sekeliling anak merupakan dasar pembentukan watak si anak kelak. Ungkapan kasih sayang bukanlah hal yang boleh diremehkan. Namun bukan hal yang mustahil bila orang tua tidak terbiasa mengungkapkan rasa kasih sayangnya.
Hadis-hadis di atas dengan jelas mengajarkan kepada kita bahwa ciuman memiliki peranan penting dalam membangkitkan perasaan dan emosi anak, bahkan selain itu mampu meredakan perasaan amarahnya, dan menambah eratnya hubungan dan cinta dengan orang tuanya. Bagi anak, hal ini adalah suatu bukti rasa kasih sayang kedua orang tuanya. Seorang ibu atau bapak yang mencium anaknya membuktikan adanya perhatian terhadap anaknya.
Ciuman bukan hanya dianjurkan bagi orang tua kepada anak-anaknya, namun dianjurkan pula bagi pasangan suami – istri. Ketika suami akan berangkat kerja, maka dia harus mencium istrinya terlebih dahulu, begitu pun sebaliknya, ketika istrinya mau keluar rumah, maka suami pun harus mencium istrinya terlebih dahulu.
Karena Rasulullah selalu mencium istrinya setiapkali mau pergi ke masjid. Hal ini pernah disampaikan oleh Siti Aisyah melalui haditsnya, “Bahwa Nabi saw biasa mencium istrinya setelah wudhu, kemudian beliau shalat (di masjid).” (H.R. Abdur-Razaq) .
Hadits tersebut merupakan isyarat bagi kita, betapa pentingnya seorang suami maupun istri untuk selalu mencium pasangannya, sekalipun keluar rumahnya hanya beberapa saat. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga cinta dan kasih diantara mereka berdua.
Banyak penelitian yang mengungkap tentang keajaiban ciuman. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh salah satu Lembaga Asuransi Kehidupan di Amerika tentang pengaruh ciuman terhadap kehidupan manusia, dan hasilnya adalah: ”Sesungguhnya ciuman di pagi hari antara suami – istri memegang peranan penting yang lebih menyembuhkan daripada buah apel.
Suami yang mencium istrinya di pagi hari sebelum menuju tempat kerjanya, akan merasa tenang saat bekerja. Ciuman lebih menenangkan atau menahan urat saraf, dan lebih mampu menghadapi kebimbangan. Di samping memberikan ketenangan pikiran dan kelapangan serta ketentraman, juga memberikan kepuasan dan kebahagiaan serta kerelaan.”
Selain itu, penelitin tentang ciuman juga dilakukan oleh Dr. Coolman kepada ribuan orang, dan hasilnya cukup menguatkan, bahwa ciuman di pagi hari melahirkan keistimewaan tertentu dan susunan kimiawi, seperti memberikan perasaan senang dan lapang yang berbeda dengan perasaan internalnya.”
Bahkan Bernie Siegel, baru-baru ini melakukan penelitian tentang ‘khasiat’ ciuman seorang istri bagi suaminya maupun seorang ibu bagi anak-anaknya. Sampel diambil dari kalangan peserta (suami) yang naik mobil pribadi untuk ke kantor dan dibagi dalam dua kelompok.
Kelompok pertama adalah para suami yang berangkat ke kantor dengan terlebih dahulu dicium oleh sang istri, dan kelompok kedua adalah mereka yang pergi ke kantor tanpa dicium oleh sang istri. Setelah beberapa waktu ditemukan bukti yang menakjubkan.
Suami yang pergi ke kantor dengan ciuman sang istri lebih memiliki kemungkinan kecil untuk mengalami kecelakaan di perjalanan daripada mereka yang berangkat kerja tanpa merasakan kecupan mesra dari sang istri.
Ternyata kualitas dan antusias bekerja pun mengalami perbedaan yng cukup signifikan. Kecupan tulus sang istri ketika memberangkatkan suami bekerja ternyata telah meminimalisir kemungkinan hadirnya WIL (Wanita Idaman Lain).
Di pihak lain, seorang anak yang diberangkatkan sekolah oleh sang ibu dengan kecupan sayang ternyata memberi dampak yang luar biasa dalam prestasi sekolahnya, bahkan kecupan tersebut mampu meredam kemarahan untuk tidak berkelahi di sekolah daripada mereka yang diberangkatkan oleh baby sitter (pembantu).
Percaya atau tidak, hal ini merupakan hasil suatu penelitian yang spektakuler mengenai ciuman sang ibu.
Wallaahu a’lam..
Pinta Seorang Isteri
Kadangkala mungkin tergambar di
benak fikiranmu, bahwa engkau telah salah ketika memilih diriku menjadi
pasanganmu. Kadang kala ia mengganggu dalam pergaulan sehari-harimu
denganku, terkadang ku takut perasaan cintamu berubah menjadi benci,
limpahan kasih sayangmu menjelma menjadi kemarahan, dan ketenangan pun
berubah menjadi ketegangan.
Suamiku…..
Engkau-lah saksi ikatan hati ini…
Aku telah jatuh cinta kepada lelaki pasangan hidup ku,
jadikanlah cinta ku pada suamiku ini sebagai penambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu.
Namun, kumohon pula, jagalah cintaku ini agar tidak melebihi cintaku kepada-Mu,
hingga aku tidak terjatuh pada jurang cinta yang semu,
jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling pada hati-Mu. Jika ia rindu,
jadikanlah rindu syahid di jalan-Mu lebih ia rindukan daripada kerinduannya terhadapku,
jadikan pula kerinduan terhadapku tidak melupakan kerinduannya terhadap surga-Mu.
Bila cintaku padanya telah mengalahkan cintaku kepada-Mu,
ingatkanlah diriku, jangan Engkau biarkan aku tertatih kemudian tergapai-gapai merengkuh cinta-Mu.
Ya Allah,
Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu,
telah berjumpa pada taat pada-Mu,
telah bersatu dalam dakwah pada-Mu,
telah berpadu dalam membela syariat-Mu.
Kokohkanlah ya Allah ikatannya. Kekalkanlah cintanya.
Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan nur-Mu yang tiada pernah pudar.
Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu.
Amin ya rabbal alamin.
Suamiku…..
Di saat engkau masih sibuk dengan
pekerjaan yang tak kunjung selesai, tak jarang aku kau abaikan. Waktu di
rumah pun, kadang ku ikhlaskan demi masa depanmu. Bukankah engkau tahu
aku pun butuh perhatian darimu. Terkadang ku cari perhatian itu, namun
terlihat salah dipandanganmu. Kalaulah itu terlihat salah, semoga engkau
bisa melihat kebaikanku yang lain.
Bukankah Allah SWT yang mempertemukan dan menyatukan hati kita berpesan, “Dan pergaulilah mereka (isterimu) dengan baik. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” [QS: An Nisa' 19].
Bukankah Allah SWT yang mempertemukan dan menyatukan hati kita berpesan, “Dan pergaulilah mereka (isterimu) dengan baik. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” [QS: An Nisa' 19].
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang kita cintai pun berpesan,
“Sempurnanya iman seseorang mukmin adalah mereka yang baik akhlaknya,
dan yang terbaik (pergaulannya) dengan istri-istri mereka.” Jika engkau
melihat kekurangan pada diriku, ingatlah kembali pesan beliau, Jangan
membenci seorang mukmin (laki-laki) pada mukminat (perempuan) jika ia
tidak suka suatu kelakuannya pasti ada juga kelakuan lainnya yang ia
sukai. (HR. Muslim)
Sadarkah engkau bahwa tiada manusia di
dunia ini yang sempurna segalanya? Bukankah engkau tahu bahwa hanyalah
Alllah yang Maha Sempurna. Tidaklah sepatutnya bila kau hanya
menghitung-hitung kekurangan pasangan hidupmu, sedangkan engkau sendiri
tak pernah sekalipun menghitung kekurangan dan kesalahanmu. Janganlah
engkau mencari-cari selalu kesalahanku, padahal aku telah taat kepadamu.
Saat diriku rela pergi bersama dirimu,
kutinggalkan orangtua dan sanak saudaraku, ku ingin engkaulah yang
mengisi kekosongan hatiku. Naungilah diriku dengan kasih sayang, dan
senyuman darimu. Ku ingat pula saat aku ragu memilih siapa pendampingku,
ketakwaan yang terlihat dalam keseharianmu-lah yang mempesona diriku.
Bukankah sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, Ali bin Abi Tholib saat ditanya oleh seseorang, “Sesungguhnya aku mempunyai seorang anak perempuan, dengan siapakah sepatutnya aku nikahkan dia?” Ali r.a. pun menjawab,
“Kawinkanlah dia dengan lelaki yang bertakwa kepada Allah, sebab jika
laki-laki itu mencintainya maka dia akan memuliakannya, dan jika ia
tidak menyukainya maka dia tidak akan menzaliminya.” Ku harap engkaulah
laki-laki itu, duhai suamiku.
Saat terjadi kesalahan yang tak sengaja
ku lakukan, mungkin saat itu engkau mendambakan diriku sebagai istri
tanpa kekurangan dan kelemahan, sadarlah, sesungguhnya egois telah
menguasai dirimu. Perbaikilah kekurangan diriku dengan lemah lembut,
janganlah kasar terhadapku. Bukankah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam telah mengajarkan kepada dirimu, saat Muawiah bin Ubaidah
bertanya kepada beliau tentang tanggungjawab suami terhadap istri,
beliaupun menjawab, “Dia memberinya makan ketika ia makan, dan
memberinya pakaian ketika dia berpakaian.” Janganlah engkau keras
terhadapku, karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pun tak
pernah berbuat kasar terhadap istri-istrinya.
Duhai Suamiku…
Tahukah engkau anugerah yang akan engkau
terima dari Allah di akhirat kelak? Tahukah engkau pula balasan yang
akan dianugerahkan kepada suami-suami yang berlaku baik terhadap
istri-istri mereka? Renungkanlah bahwa, “Mereka yang berlaku
adil, kelak di hari kiamat akan bertahta di singgasana yang terbuat dari
cahaya. Mereka adalah orang yang berlaku adil ketika menghukum, dan
adil terhadap istri-istri mereka serta orang-orang yang menjadi
tanggungjawabnya.” [HR Muslim]. Kudoakan bahwa engkaulah yang kelak salah satu yang menempati singgasana tersebut, dan aku adalah permaisuri di istanamu.
Jika engkau ada waktu ajarkanlah diriku dengan ilmu yang telah Allah berikan kepadamu.
Apabila engkau sibuk, maka biarkan aku menuntut ilmu, namun tak akan kulupakan tanggungjawabku, sehingga kelak diriku dapat menjadi sekolah buat putra-putrimu. Bukankah seorang ibu adalah madrasah ilmu pertama buat putra-putrinya?
Semoga engkau selalu mendampingiku dalam mendidik putra-putri kita dan bertakwa kepada Allah.
Wahai Allah,Apabila engkau sibuk, maka biarkan aku menuntut ilmu, namun tak akan kulupakan tanggungjawabku, sehingga kelak diriku dapat menjadi sekolah buat putra-putrimu. Bukankah seorang ibu adalah madrasah ilmu pertama buat putra-putrinya?
Semoga engkau selalu mendampingiku dalam mendidik putra-putri kita dan bertakwa kepada Allah.
Engkau-lah saksi ikatan hati ini…
Aku telah jatuh cinta kepada lelaki pasangan hidup ku,
jadikanlah cinta ku pada suamiku ini sebagai penambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu.
Namun, kumohon pula, jagalah cintaku ini agar tidak melebihi cintaku kepada-Mu,
hingga aku tidak terjatuh pada jurang cinta yang semu,
jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling pada hati-Mu. Jika ia rindu,
jadikanlah rindu syahid di jalan-Mu lebih ia rindukan daripada kerinduannya terhadapku,
jadikan pula kerinduan terhadapku tidak melupakan kerinduannya terhadap surga-Mu.
Bila cintaku padanya telah mengalahkan cintaku kepada-Mu,
ingatkanlah diriku, jangan Engkau biarkan aku tertatih kemudian tergapai-gapai merengkuh cinta-Mu.
Ya Allah,
Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu,
telah berjumpa pada taat pada-Mu,
telah bersatu dalam dakwah pada-Mu,
telah berpadu dalam membela syariat-Mu.
Kokohkanlah ya Allah ikatannya. Kekalkanlah cintanya.
Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan nur-Mu yang tiada pernah pudar.
Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu.
Amin ya rabbal alamin.
Memohon Nafkah
Fadlan datang kepada seorang kyai
di kampungnya. Ia merasa bingung. Sudah banyak cara telah ia tempuh,
namun rezeki masih tetap sulit ia cari.
Pelanggan menjawab, ‘Ya, saya percaya adanya Tuhan!’
Agar pembicaraan tak terhenti, si tukang cukur menimpali,
‘Saya termasuk orang yang tidak percaya kepada Tuhan!’
‘Apa alasanmu?’ pelanggan melempar tanya.
Kemudian Pak Kyai membacakan ayat dalam Al Qur’an:
Kata orang, rezeki itu bisa datang
sendiri, apalagi kalau sudah menikah. Buktinya, sudah 3 tahun ia menikah
dan dikarunia dua orang anak, ia masih tetap hidup luntang-lantung tak
menentu.
Benar, keluarganya tidak pernah kelaparan
sebab tidak ada makanan. Namun kalau terus-terusan hidup kepepet dan
tidak punya pekerjaan, rasanya tidak ada kebanggaan diri.
Ia pun datang kepada Kyai Ahmad untuk
minta sumbang saran. Kalau boleh sekaligus minta do’a dan pekerjaan
darinya. Terus terang, ia sendiri kagum dengan sosok Kyai Ahmad yang
amat bersahaja. Tidak banyak yang ia kerjakan, namun dengan anak 9
orang, sepertinya mustahil bila ia tidak pusing memikirkan nafkah
keluarga. Tapi nyatanya, sampai sekarang Kyai Ahmad tetap sumringah di
mata Fadlan. Tidak pernah ia lihat Kyai Ahmad bermuka muram seperti
dirinya. Makanya hari itu, Fadlan datang untuk meminta nasehat kyai
tersebut.
“Hidup ini adalah adegan. Kita hanya
wayang, sementara dalangnya adalah Gusti Allah! Jadi, manusia itu hidup
karena disuruh ‘manggung’ oleh Dalangnya!” Kyai Ahmad membuka penjelasan
dengan sebuah ilustrasi ringan.
“Gak mungkin… kalau wayang itu manggung
sendiri. Pasti, ia dimainkan oleh Dalang. Sementara selama di panggung,
pasti Dalang akan memperhatikan nasib wayang itu! Begitu juga manusia…
gak mungkin dia hidup di dunia, tanpa diperhatikan segala kebutuhannya
oleh Gusti Allah! Sudah paham belum kamu, Fadhlan?!” Kyai Ahmad
mengakhiri penjelasannya dengan sebuah pertanyaan.
“Tapi pak kyai…, kalau Gusti Allah benar
menjamin hidup hamba-Nya… kenapa hidup saya seperti sia-sia begini ya…
nyari nafkah saja kok susah!” Fadlan menyampaikan keluhnya.
“Oh… itu karena kamu belum datang kepada
Gusti Allah. Kalau kamu datang kepada Gusti Allah, hidupmu gak bakal
sia-sia!” Kyai Ahmad menambahkan.
Fadhlan belum mengerti betul apa maksud
sebenarnya dari kata ‘datang kepada Allah’, ia pun menanyakan gambaran
kongkrit tentang hal itu kepada Kyai Ahmad.
Dengan santai Kyai Ahmad menjelaskan,
“Fadlan…, semua masalah di dunia ini bakal selesai asal kita datang
kepada Allah. Banyak di dunia ini orang yang bermasalah, punya hutang
segunung, rezeki sulit, ditimpa berbagai macam penyakit, kemiskinan,
kelaparan dan lain-lain… Itu disebabkan karena mereka tidak datang
kepada Allah. Kalau saja mereka datang kepada Allah, maka segala masalah
mereka terselesaikan!”
“Apakah hanya sesederhana itu, pak Kyai?”
Fadlan bertanya dengan nada penasaran. “Ya, hanya sesederhana itu!” Pak
kyai menegaskan.
Pak Kyai bercerita, “Pernah terjadi di
Rusia di sebuah negeri yang terkenal atheis, seorang pria pergi ke
tukang cukur. Saat rambutnya dicukur, ia terserang kantuk. Kepalanya
mulai mengangguk-angguk karena kantuk. Tukang cukur merasa kesal, namun
untuk membangunkan pelanggannya, si tukang cukur mulai bicara:
‘Pak, apakah bapak termasuk orang yang percaya tentang adanya Tuhan?’Pelanggan menjawab, ‘Ya, saya percaya adanya Tuhan!’
Agar pembicaraan tak terhenti, si tukang cukur menimpali,
‘Saya termasuk orang yang tidak percaya kepada Tuhan!’
‘Apa alasanmu?’ pelanggan melempar tanya.
‘Kalau benar di dunia ini ada Tuhan, dan
sifat-Nya adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, menurut saya tidak
mungkin di dunia ada orang yang punya banyak masalah, terlilit hutang,
terserang penyakit, kelaparan, kemiskinan dan lain-lain. Ini khan bukti
sederhana bahwa di dunia ini tidak ada Tuhan!’ tukang cukur berbicara
dengan cukup lantang.
Si pelanggan terdiam. Dalam hati, ia
berpikir keras mencari jawaban. Namun sayang, sampai cukuran selesai pun
ia tetap tidak menemukan jawaban. Maka pembicaraan pun terhenti.
Sementara si tukang cukur tersenyum sinis, seolah ia telah memenangkan
perdebatan.
Akhirnya, saat cukuran itu selesai, si
pelanggan bangkit dari kursi dan ia berikan ongkos yang cukup atas jasa
cukuran. Tak lupa, ia berterima kasih dan pamit untuk meninggalkan
tempat. Namun dalam langkahnya, ia masih tetap mencari jawaban atas
perdebatan kecil yang baru ia jalani.
Saat berdiri di depan pintu barber shop,
ia tarik tungkai pintu kemudian hendak melangkahkan kakinya keluar….
saat itu Allah Swt mengirimkan jawaban padanya.
Matanya tertumbuk pada seorang pria gila yang berparas awut-awutan. Rambut panjang tak terurus, janggut lebat berantakan.
Demi melihat hal sedemikian, pintu barber
shop yang tadi telah ia buka maka ditutup kembali. Ia pun datang lagi
kepada tukang cukur dan berkata, ‘Pak, menurut saya yang tidak ada di
dunia ini adalah TUKANG CUKUR!’ Merasa aneh dengan pernyataan itu,
tukang cukur balik bertanya, ‘Bagaimana bisa Anda berkata demikian.
Padahal baru saja rambut Anda saya pangkas!’
‘Begini pak, di jalan saya dapati ada
orang yang kurang waras. Rambutnya panjang tak terurus, janggutnya pun
lebat berantakan. Kalau benar di dunia ini ada tukang cukur, rasanya
tidak mungkin ada pria yang berperawakan seperti itu!’ si pelanggan
menyampaikan penjelasannya.
Tukang cukur tersenyum, sejenak kemudian
dengan enteng ia berkata, ‘Pak… bukan Tukang Cukur yang tidak ada di
dunia ini. Masalah sebenarnya adalah pria gila yang Anda ceritakan tidak
mau hadir dan datang ke sini, ke tempat saya… Andai dia datang, maka
rambut dan janggutnya akan saya rapihkan sehingga ia tidak berperawakan
sedemikian!’
Tiba-tiba si pelanggan meledakkan suara,
‘Naaaahhhh…. itu dia jawabannya. Rupanya Anda juga telah menemukan
jawaban dari pertanyaan yang Anda lontarkan!’ ‘Apa maksudmu?’ si tukang
cukur tidak mengerti dengan pernyataan pelanggannya.
‘Anda khan bilang bahwa di dunia ini
banyak manusia yang punya masalah. Kalau saja mereka datang kepada
Tuhan, pastilah masalah mereka akan terselesaikan. Persis sama
kejadiannya bila pria gila tadi datang kemari dan mencukurkan rambutnya
kepada Anda!’”
Kyai Ahmad mengakhiri kisah yang ia sampaikan. Terlihat Fadlan menganggukkan kepala tanda mengerti.
“Jadi…, kamu hanya tinggal memohon saja apa yang kamu inginkan kepada Allah Swt., pasti Allah bakal berikan apa yang kamu pinta!” Kyai Ahmad berkata memberi garansi.
Fadlan sudah mulai yakin, tapi ia masih mengejar dengan satu
pertanyaan, “Pak Kyai, saya sudah niat untuk datang dan semakin
mengakrabkan diri kepada Allah. Tapi bagaimana caranya ya pak Kyai agar
saya bisa memohon nafkah yang cukup kepada Allah?”“Jadi…, kamu hanya tinggal memohon saja apa yang kamu inginkan kepada Allah Swt., pasti Allah bakal berikan apa yang kamu pinta!” Kyai Ahmad berkata memberi garansi.
Kemudian Pak Kyai membacakan ayat dalam Al Qur’an:
“Katakanlah: “Wahai Tuhan yang
mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki.
Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang
yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan
malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau
keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari
yang hidup, dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa
hisab (batas)”. QS. Ali Imran : 26-27
“Bacalah ayat itu sesering mungkin dan
perbanyak doa memohon nafkah serta rezeki yang halal dari Allah Swt.
Yakinlah bahwa Allah Swt akan senantiasa menjamin penghidupanmu dan
keluarga!” Kyai Ahmad mengakhiri pembicaraan dengan memberi pesan.
Usai pembicaraan dengan Kyai Ahmad,
Fadlan merasa yakin bila dirinya hendak mencari nafkah, maka cara
termudah yang dapat ia kerjakan hanyalah dengan ‘Datang dan Memohon
kepada Pemilik Nafkah!’
Fadlan telah meyakini hal ini.
Bagaimana dengan Anda?
Fadlan telah meyakini hal ini.
Suamiku kini tlah tiada dan penyesalanku yg terus ada……
"Ini adalah kisah nyata di kehidupanku
Seorang suami yg kucintai yang kini telah tiada
Begitu besar pengorbanan seorang suamiku pada keluargaku
Begitu tulus kasih sayangnya untukku dan anakku
Suamiku adalah seorang pekerja keras. Dia membangun segala yang ada di keluarga ini dari nol besar hingga menjadi seperti saat ini. Sesuatu yang kami rasa sudah lebih dari cukup.
Aku merasa sangat berdosa ketika teringat suamiku pulang bekerja dan aku menyambutnya dengan amarah, tak kuberikan secangkir teh hangat melainkan kuberikan segenggam luapan amarah.
Selalu kukatakan pada dia bahwa dia tak peduli padaku, tak mengerti aku, dan selalu saja sibuk dengan pekerjaannya.
Tapi kini aku tahu.
Semua ucapanku selama ini salah. dan hanya menjadi penyesalanku karena dia telah tiada.
Temannya mengatakan padaku sepeninggal kepergiannya.
Bahwa dia selalu membanggakan aku dan anakku di depan rekan kerjanya.
Dia berkata, “ setiap kali kami ajak dia makan siang, mas anwar jarang sekali ikut kalau tidak penting sekali, alasannya slalu tak jelas. Dan lain waktu aku sempat menanyakan kenapa dia jarang sekali mau makan siang, dia menjawab, “aku belum melihat istriku makan siang dan aku belum melihat anakku minum susu dengan riang. lalu bagaimana aku bisa makan siang.” Saat itu tertegun, aku salut pada suamimu. Dia sosok yang sangat sayang pada keluarganya. Suamimu bukan saja orang yang sangat sayang pada keluarga, tapi suamimu adalah sosok pemimpin yang hebat. Selalu mampu memberikan solusi-solusi jitu pada perusahaan.”
Aku menahan air mataku karena aku tak ingin menangis di depan rekan kerja suamiku. Aku sedih karena saat ini aku sudah kehilangan sosok yang hebat.
Teringat akan amarahku pada suamiku, aku selalu mengatakan dia slalu menyibukkan diri pada pekerjaan, dia tak pernah peduli pada anak kita. Namun itu semua salah. Sepeninggal suamiku. Aku menemukan dokumen2 pekerjaannya. Dan aku tak kuasa menahan tangis membaca di tiap lembar di sebuah buku catatan kecil di tumpukan dokumen itu, yang salah satunya berbunyi, “ perusahaan kecil CV.Anwar Sejahtera di bangun atas keringat yang tak pernah kurasa. Kuharap nanti bukan lagi CV.Anwar Sejahtera, melainkan akan di teruskan oleh putra kesayanganku dengan nama PT. Syahril Anwar Sejahtera. Maaf nak, ayah tidak bisa memberikanmu sebuah kasih sayang berupa belaian. Tapi cukuplah ibumu yang memberikan kelembutan kasih sayang secara langsung. Ayah ingin lakukan seperti ibumu. Tapi kamu adalah laki-laki. Kamu harus kuat. Dan kamu harus menjadi laki-laki hebat. Dan ayah rasa, kasih sayang yang lebih tepat ayah berikan adalah kasih sayang berupa ilmu dan pelajaran. Maaf ayah agak keras padamu nak. Tapi kamulah laki-laki. Sosok yang akan menjadi pemimpin, sosok yang harus kuat menahan terpaan angin dari manapun. Dan ayah yakin kamu dapat menjadi seperti itu.”
Membaca itu, benar2 baru kusadari. betapa suamiku menyayangi putraku. betapa dia mempersiapkan masa depan putraku sedari dini. Betapa dia memikirkan jalan untuk kebaikan anak kita.
Setiap suamiku pulang kerja. Dia selalu mengatakan, “ ibu capai? istirahat dulu saja”
Dengan kasar kukatakan, “ya jelas aku capai, semua pekerjaan rumah aku kerjakan. Urus anak, urus cucian, masak, ayah tahunya ya pulang datang bersih. titik.”
Sungguh, bagaimana perasaan suamiku saat itu. Tapi dia hanya diam saja. Sembari tersenyum dan pergi ke dapur membuat teh atau kopi hangat sendiri. Padahal kusadari. Beban dia sebagai kepala rumah tangga jauh lebih berat di banding aku. Pekerjaannya jika salah pasti sering di maki-maki pelanggan. Tidak kenal panas ataupun hujan dia jalani pekerjaannya dengan penuh ikhlas.
Suamiku meninggalkanku setelah terkena serangan jantung di ruang kerjanya. tepat setelah aku menelponnya dan memaki-makinya. Sungguh aku berdosa. Selama hidupnya tak pernah aku tahu bahwa dia mengidap penyakit jantung. Hanya setelah sepeninggalnya aku tahu dari pegawainya yang sering mengantarnya ke klinik spesialis jantung yang murah di kota kami. Pegawai tersebut bercerita kepadaku bahwa sempat dia menanyakan pada suamiku.
“pak kenapa cari klinik yang termurah? saya rasa bapak bisa berobat di tempat yg lebih mahal dan lebih memiliki pelayanan yang baik dan standar pengobatan yang lebih baik pula”
Dan suamiku menjawab, “tak usahlah terlalu mahal. Aku cukup saja aku ingin tahu seberapa lama aku dapat bertahan. Tidak lebih. Dan aku tak mau memotong tabungan untuk hari depan anakku dan keluargaku. Aku tak ingin gara-gara jantungku yang rusak ini mereka menjadi kesusahan. Dan jangan sampai istriku tahu aku mengidap penyakit jantung. Aku takut istriku menyayangiku karena iba. Aku ingin rasa sayang yang tulus dan ikhlas.”
Tuhan..Maafkan hamba Tuhan, hamba tak mampu menjadi istri yang baik. Hamba tak sempat memberikan rasa sayang yang pantas untuk suami hamba yang dengan tulus menyayangi keluarga ini. Aku malu pada diriku. Hanya tangis dan penyesalan yang kini ada.
Saya menulis ini sebagai renungan kita bersama. Agar kesalahan yang saya lakukan tidak di lakukan oleh wanita-wanita yang lain. Karena penyesalan yang datang di akhir tak berguna apa-apa. Hanyalah penyesalan dan tak merubah apa-apa.
Banggalah pada suamimu yang senantiasa meneteskan keringatnya hingga lupa membasuhnya dan mengering tanpa dia sadari.
Banggalah pada suamimu, karena ucapan itu adalah pemberian yang paling mudah dan paling indah jika suamimu mendengarnya.
Sambut kepulangannya di rumah dengan senyum dan sapaan hangat. Kecup keningnya agar dia merasakan ketenangan setelah menahan beban berat di luar sana.
Sambutlah dengan penuh rasa tulus ikhlas untuk menyayangi suamimu.
Selagi dia kembali dalam keadaan dapat membuka mata lebar-lebar.
Dan bukan kembali sembari memejamkan mata tuk selamanya.
Teruntuk suamiku.
Maafkan aku sayang.
Terlambat sudah kata ini ku ucapkan.
Aku janji pada diriku sendiri teruntukmu.
Putramu ini akan kubesarkan seperti caramu.
Putra kita ini akan menjadi sosok yang sepertimu.
Aku bangga padamu,aku sayang padamu.
Istrimu
Rina
Silahkan berbagi tulisan ini kepada saudara,teman,kerabat anda. Saya berharap pengalaman yg saya miliki dapat menjadi pelajaran bagi kita semua.
Semoga kita mendapatkan ibroh dari catatan pendek teman kita ini
Seorang suami yg kucintai yang kini telah tiada
Begitu besar pengorbanan seorang suamiku pada keluargaku
Begitu tulus kasih sayangnya untukku dan anakku
Suamiku adalah seorang pekerja keras. Dia membangun segala yang ada di keluarga ini dari nol besar hingga menjadi seperti saat ini. Sesuatu yang kami rasa sudah lebih dari cukup.
Aku merasa sangat berdosa ketika teringat suamiku pulang bekerja dan aku menyambutnya dengan amarah, tak kuberikan secangkir teh hangat melainkan kuberikan segenggam luapan amarah.
Selalu kukatakan pada dia bahwa dia tak peduli padaku, tak mengerti aku, dan selalu saja sibuk dengan pekerjaannya.
Tapi kini aku tahu.
Semua ucapanku selama ini salah. dan hanya menjadi penyesalanku karena dia telah tiada.
Temannya mengatakan padaku sepeninggal kepergiannya.
Bahwa dia selalu membanggakan aku dan anakku di depan rekan kerjanya.
Dia berkata, “ setiap kali kami ajak dia makan siang, mas anwar jarang sekali ikut kalau tidak penting sekali, alasannya slalu tak jelas. Dan lain waktu aku sempat menanyakan kenapa dia jarang sekali mau makan siang, dia menjawab, “aku belum melihat istriku makan siang dan aku belum melihat anakku minum susu dengan riang. lalu bagaimana aku bisa makan siang.” Saat itu tertegun, aku salut pada suamimu. Dia sosok yang sangat sayang pada keluarganya. Suamimu bukan saja orang yang sangat sayang pada keluarga, tapi suamimu adalah sosok pemimpin yang hebat. Selalu mampu memberikan solusi-solusi jitu pada perusahaan.”
Aku menahan air mataku karena aku tak ingin menangis di depan rekan kerja suamiku. Aku sedih karena saat ini aku sudah kehilangan sosok yang hebat.
Teringat akan amarahku pada suamiku, aku selalu mengatakan dia slalu menyibukkan diri pada pekerjaan, dia tak pernah peduli pada anak kita. Namun itu semua salah. Sepeninggal suamiku. Aku menemukan dokumen2 pekerjaannya. Dan aku tak kuasa menahan tangis membaca di tiap lembar di sebuah buku catatan kecil di tumpukan dokumen itu, yang salah satunya berbunyi, “ perusahaan kecil CV.Anwar Sejahtera di bangun atas keringat yang tak pernah kurasa. Kuharap nanti bukan lagi CV.Anwar Sejahtera, melainkan akan di teruskan oleh putra kesayanganku dengan nama PT. Syahril Anwar Sejahtera. Maaf nak, ayah tidak bisa memberikanmu sebuah kasih sayang berupa belaian. Tapi cukuplah ibumu yang memberikan kelembutan kasih sayang secara langsung. Ayah ingin lakukan seperti ibumu. Tapi kamu adalah laki-laki. Kamu harus kuat. Dan kamu harus menjadi laki-laki hebat. Dan ayah rasa, kasih sayang yang lebih tepat ayah berikan adalah kasih sayang berupa ilmu dan pelajaran. Maaf ayah agak keras padamu nak. Tapi kamulah laki-laki. Sosok yang akan menjadi pemimpin, sosok yang harus kuat menahan terpaan angin dari manapun. Dan ayah yakin kamu dapat menjadi seperti itu.”
Membaca itu, benar2 baru kusadari. betapa suamiku menyayangi putraku. betapa dia mempersiapkan masa depan putraku sedari dini. Betapa dia memikirkan jalan untuk kebaikan anak kita.
Setiap suamiku pulang kerja. Dia selalu mengatakan, “ ibu capai? istirahat dulu saja”
Dengan kasar kukatakan, “ya jelas aku capai, semua pekerjaan rumah aku kerjakan. Urus anak, urus cucian, masak, ayah tahunya ya pulang datang bersih. titik.”
Sungguh, bagaimana perasaan suamiku saat itu. Tapi dia hanya diam saja. Sembari tersenyum dan pergi ke dapur membuat teh atau kopi hangat sendiri. Padahal kusadari. Beban dia sebagai kepala rumah tangga jauh lebih berat di banding aku. Pekerjaannya jika salah pasti sering di maki-maki pelanggan. Tidak kenal panas ataupun hujan dia jalani pekerjaannya dengan penuh ikhlas.
Suamiku meninggalkanku setelah terkena serangan jantung di ruang kerjanya. tepat setelah aku menelponnya dan memaki-makinya. Sungguh aku berdosa. Selama hidupnya tak pernah aku tahu bahwa dia mengidap penyakit jantung. Hanya setelah sepeninggalnya aku tahu dari pegawainya yang sering mengantarnya ke klinik spesialis jantung yang murah di kota kami. Pegawai tersebut bercerita kepadaku bahwa sempat dia menanyakan pada suamiku.
“pak kenapa cari klinik yang termurah? saya rasa bapak bisa berobat di tempat yg lebih mahal dan lebih memiliki pelayanan yang baik dan standar pengobatan yang lebih baik pula”
Dan suamiku menjawab, “tak usahlah terlalu mahal. Aku cukup saja aku ingin tahu seberapa lama aku dapat bertahan. Tidak lebih. Dan aku tak mau memotong tabungan untuk hari depan anakku dan keluargaku. Aku tak ingin gara-gara jantungku yang rusak ini mereka menjadi kesusahan. Dan jangan sampai istriku tahu aku mengidap penyakit jantung. Aku takut istriku menyayangiku karena iba. Aku ingin rasa sayang yang tulus dan ikhlas.”
Tuhan..Maafkan hamba Tuhan, hamba tak mampu menjadi istri yang baik. Hamba tak sempat memberikan rasa sayang yang pantas untuk suami hamba yang dengan tulus menyayangi keluarga ini. Aku malu pada diriku. Hanya tangis dan penyesalan yang kini ada.
Saya menulis ini sebagai renungan kita bersama. Agar kesalahan yang saya lakukan tidak di lakukan oleh wanita-wanita yang lain. Karena penyesalan yang datang di akhir tak berguna apa-apa. Hanyalah penyesalan dan tak merubah apa-apa.
Banggalah pada suamimu yang senantiasa meneteskan keringatnya hingga lupa membasuhnya dan mengering tanpa dia sadari.
Banggalah pada suamimu, karena ucapan itu adalah pemberian yang paling mudah dan paling indah jika suamimu mendengarnya.
Sambut kepulangannya di rumah dengan senyum dan sapaan hangat. Kecup keningnya agar dia merasakan ketenangan setelah menahan beban berat di luar sana.
Sambutlah dengan penuh rasa tulus ikhlas untuk menyayangi suamimu.
Selagi dia kembali dalam keadaan dapat membuka mata lebar-lebar.
Dan bukan kembali sembari memejamkan mata tuk selamanya.
Teruntuk suamiku.
Maafkan aku sayang.
Terlambat sudah kata ini ku ucapkan.
Aku janji pada diriku sendiri teruntukmu.
Putramu ini akan kubesarkan seperti caramu.
Putra kita ini akan menjadi sosok yang sepertimu.
Aku bangga padamu,aku sayang padamu.
Istrimu
Rina
Silahkan berbagi tulisan ini kepada saudara,teman,kerabat anda. Saya berharap pengalaman yg saya miliki dapat menjadi pelajaran bagi kita semua.
Semoga kita mendapatkan ibroh dari catatan pendek teman kita ini
Langganan:
Postingan (Atom)